Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia Dikalangan Peserta Didik
KATA
PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat, nikmat, serta hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah
sebagai bahan diskusi yang berjudul “Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa
Indonesia Dikalangan Peserta Didik.”
Dalam pembuatan makalah ini
kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dan berbagai sumber yang
telah digunakan sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Seperti kata pepatah, “Tak
ada gading yang tak retak”, kami
sadari hasil kami masih jauh dari tingkat kesempurnaan. Namun, kami
sudah berusaha semaksimal mungkin. Untuk itu kritik dan saran sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki makalah ini.
Oleh
karena itu, kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan diskusi yang
bermanfaat bagi semua pihak.
Tabanan, 31 Agustus
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... (1)
DAFTAR ISI
……………………………………………………………….. (2)
Bab I : PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah ……………………………… (3)
1.2.
Rumusan
Masalah ……………………………………. (4)
1.3.
Tujuan
………………………………………………… (4)
Bab II : PEMBAHASAN
2.1.
Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia ……………………………………………... (5)
2.2.
Dampak Dari Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa
Indonesia……………………………………………… (6)
2.3.
Upaya-Upaya yang Harus Dilakukan Guna Meningkatkan
Hasil Ujian Nasional Bahasa Indonesia…………………….. (7)
Bab III : PENUTUP
3.1. Simpulan
………………………………………………. (8)
3.2. Saran
…………………………………………………… (8)
FAKTA
PENDUKUNG ………………………………………………….... (9)
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… (10)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional. Ini dikarenakan Bahasa Indonesia
adalah mata pelajaran yang sangat penting mengingat Bahasa tersebut merupakan
ciri khas yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain di dunia.
Namun sayang, kini Bahasa Indonesia telah
banyak diabaikan oleh peserta didik. Hal tersebut ditandai dengan kurangnya
minat untuk mempelajari dan menekuni Bahasa Indonesia seperti membaca karya
sastra atau menciptakan karya sastra. Fakta lain yang mendukung hal tersebut
adalah permasalahan tentang rendahnya nilai Bahasa Indonesia dalam Ujian
Nasional. Hal ini telah meresahkan segala pihak baik siswa, pendidik, maupun
institusi pendidikan tertinggi. Ketidaklulusan karena nilai Ujian Nasional
Bahasa Indonesia dialami oleh 154.000 siswa (73% jumlah siswa total) mendorong
para pendidik untuk mengkaji ulang ujian nasional Bahasa Indonesia. Perlu
disadari bahwa soal-soal yang diujikan dalam ujian nasional menjadi barometer
kompetensi berbahasa bagi peserta didik. Namun kenyataannya tidak demikian.
Akankah ini pertanda hilangnya pesona bahasa
Indonesia di kalangan peserta didik?
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah
faktor penyebab rendahnya nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia di kalangan
peserta didik?
2.
Apakah
dampak dari rendahnya nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia?
3.
Bagaimana
upaya yang harus dilakukan guna meningkatkan hasil Nilai Ujian Nasional Bahasa
Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya
nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia di kalangan peserta didik.
2. Untuk menganalisis dampak rendahnya nilai Ujian
Nasional Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan guna
meningkatkan hasil Ujian Nasional Bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor-Faktor Penyebab
Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia
Jika kita telaah lebih dalam, ternyata nilai Ujian
nasional Bahasa Indonesia dikalangan peserta didik pada umumnya selalu lebih
rendah dibandingkan nilai ujian nasional mata pelajaran lainnya. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan
Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia rendah dibandingkan dengan Nilai Ujian mata pelajaran lainnya :
1. Faktor Internal :
a. Soal-soal
Ujian Nasional Bahasa Indonesia terlalu panjang sehingga untuk
membacanya dibutuhkan banyak
waktu dan kadang sampai membosankan siswa. Siswa tidak teliti membaca wacana
yang disediakan sehingga banyak menjebak siswa, terlebih
lagi multiplechoice-nya hampir sama semua.
b. Tidak
adanya minat peserta didik untuk membaca buku-buku Bahasa Indonesia lagi.
Mereka lebih suka mempelajari dan menekuni pelajaran
Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, dan Bahasa
Inggris tentunya daripada membaca buku-buku Bahasa Indonesia, seperti buku-buku
cerpen, kisah-kisah perjuangan, buku-buku Sastra lainnya. Mereka juga menganggap remeh tentang pentingnya belajar
Bahasa Indonesia.
c. Kurangnya pembekalan dan pengaplikasian Bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mata pelajaran Bahasa
Indonesia diujikan pada hari pertama sehingga sangat mungkin siswa
masih dipengaruhi faktor ketakutan dan kurang tenang mengerjakan soal.
e. Lumrahnya para siswa
memburu bocoran jawaban menjelang Ujian Nasional. Siswa
yang kurang waspada sering percaya begitu saja terhadap jawaban yang diterima, padahal jawaban tersebut belum kebenarannya.
Sehingga mereka tidak lagi membaca soal Ujian Nasional.
2. Faktor Eksternal
a)
Orang tua
peserta didik tidak lagi menyarankan anak-anaknya untuk les Bahasa Indonesia,
karena orang tua
menganggap bahwa Bahasa Indonesia sudah merupakan bahasa sehari-hari. Di lain
sisi orang tua lebih menyarankan anak-anaknya untuk les Bahasa Inggris karena
merupakan bahasa internasional.
b)
Metode
pengajaran guru dan jenis evaluasi belajarnya tidak menunjang penguasaan
kompetensi berbahasa secara utuh.
c)
Rendahnya kreatifitas dalam
mengaplikasikan KTSP mengakibatkan Bahasa Indonesia dianggap sebagai analisis
bahasa yang bersifat subjektif belaka dan terkesan membosankan. Hal ini
ditegaskan oleh Prof. Dr. Bambang Kaswanti Purwo.
d)
Data dan hasil obserfasi yang
dihimpun menunjukkan 57% guru Bahasa Indonesia belum menempuh S1 atau D4.
Inilah yang menyebabkan adanya mismatch antara mata pelajaran dan latar
belakang pendidikan guru.
2.2. Dampak
Dari Rendahnya Nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia
1. Tingkat
ketidaklulusan siswa meningkat. Karena bahasa Indonesia juga merupakan mata
pelajaran yang menjadi prioritas utama dan selalu mendapatkan pertimbangan
2. Semakin
rendahnya kemampuan berbahasa dan bersastra di kalangan peserta didik
3. Lunturnya
budaya bangsa di bidang bahasa karenakan oleh penggunaan bahasa asing dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti bisa
saja bahasa Indonesia diklaim oleh bangsa lain.
2.3. Upaya-Upaya
yang Harus Dilakukan Guna Meningkatkan Hasil Ujian Nasional Bahasa Indonesia
1. Hendaknya
guru sering untuk memberikan tugas-tugas atau latihan-latihan serta lebih
mengembangkan latihan tersebut.
2. Guru
harus memiliki strategi mengajar yang lebih menyenangkan agar peserta didik
tidak merasa bosan ketika mendapat pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Peserta
didik harus lebih meluangkan waktu untuk membaca atau menciptakan karya sastra
khususnya karya sastra Indonesia.
4. Pembuatan
soal harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa secara keseluruhan.
5. Siswa
harus mempersiapkan diri secara matang terutama untuk soal yang mengandalkan
penalaran dan jangan terlalu bergantung pada kunci jawaban yang belum pasti
kebenarannya.
BAB
II
PENUTUP
3.1. Simpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan :
1. Perolehan
nilai ujian nasional bahasa Indonesia pada umumnya selalu lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal tersebut disebabkan karena adanya
faktor internal dan faktor eksternal.
2. Kemerosotan
hasil ujian nasional bahasa Indonesia berimbas pada hal negatif seperti
meningkatnya angka ketidaklulusan, rendahnya kemampuan berbahasa dan bersastra,
serta lunturnya budaya bangsa di bidang bahasa.
3. Dengan
demikian, perlu adanya upaya-upaya guna meningkatkan hasil ujian nasional
bahasa Indonesia, seperti meningkatkan minat baca dan sering berlatih soal-soal
terutama yang mengandalkan penalaran, serta mengembangkan strategi belajar yang
inovatif.
3.2. Saran
Dari hasil pembahasan di atas, penulis ingin
memberikan saran kepada semua pihak, khususnya kepada para pendidik dan peserta
didik agar meningkatkan kemampuan berbahasa dan bersastra Indonesia. Semua ini
penting bukan semata hanya untuk membantu meningkatkan hasil ujian nasional
Bahasa Indonesia periode selanjutnya, namun juga sebagai barometer kompetensi
berbahasa bagi semua pihak.
FAKTA
PENDUKUNG
• Berdasarkan
data Kemdiknas, Bahasa Indonesia menempati urutan kedua dengan angka tidak
lulus terbanyak setelah Matematika. Sekitar 1.786 siswa (38,43 persen) SMA/MA
tidak lulus UN bahasa Indonesia.
• DENPASAR, KOMPAS.com. Bukan
Matematika, bukan pula Bahasa Inggris, melainkan momok para siswa yang tidak
lulus di Bali justru berasal dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang sejak
kecil telah diajarkan oleh orangtua. Ironisnya, 70 persen siswa yang tidak lulus gara-gara
Bahasa Indonesia kebanyakan berasal dari sekolah negeri.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar